Minggu, 29 November 2015

Meski Ekonomi Melambat, Penjualan Lahan Kawasan Industri Naik

 
Satu konsultan properti menilai penjualan lahan di kawasan industri pada 2015 naik dibandingkan tahun sebelumnya meskipun pertumbuhan ekonomi sedang melambat.
Research of Cushmand Wakefield Indonesia Wira Agus menuturkan penyerapan lahan kawasan industri sepanjang tahun ini bisa mencapai 300 hektare – 400 hektare. Adapun penjualan pada semester I/2015 sebesar 224 hektare.

Cushman mencatat pada semester I/2014 penjualan lahan sejumlah 160 hektare, sedangkan penyerapan pasar sepanjang tahun lalu sebesar 288 hektare.

Penjualan lahan terbesar masih berada di sekitar Jabodetabek, terutama koridor Bekasi dan Purwakarta. Namun, dia melihat area Serang dan Cilegon juga menjadi area favorit.
Terbukti, pada kuartal II/2015 kawasan industri di Serang dan sekitarnya menyerap 80% permintaan pada periode ini dengan total 143,7 hektare. Sedangkan sisanya investor membeli di Bekasi dan sekitarnya, sebagai area lazimnya kawasan industri yang lebih diminati.

Wira menganggap prospek bisnis kawasan industri di Tanah Air dalam jangka panjang masih menunjukan tren positif. Calon investor pun tidak terganggu dengan isu-isu makro seperti pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar.

Pasalnya, mereka melakukan studi minimal 1 atau 2 tahun sebelum memutuskan untuk membeli lahan dan mendirikan pabrik.

“Investasi kawasan industri merupakan investasi jangka panjang. Calon investor sudah memperhitungkan segala kemungkinan dalam jangka waktu yang cukup lama, terutama yang dari luar negeri,” ujarnya seperti dilansir Bisnis.com.

Dia pun melihat area timur Jawa memiliki perkembangan kawasan industri yang bagus dengan adanya akses tol Cikopo-Palimanan (Cipali). Beberapa perusahaan sudah berencana melakukan akuisisi lahan di sekitar akses sepanjang 116.75 kilometer ini.

Kemudian, kawasan industri di Jawa Timur seperti di Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo masih menyediakan suplai yang cukup banyak bagi calon investor. Sedangkan di Jawa Tengah suplai lahan relatif lebih kecil yang berada di Demak dan Kendal.

Menurut Wira, beberapa perusahaan, terutama industri padat karya, mulai mempertimbangkan untuk melakukan ekspansi pada area di luar Jabodetabek seiring tingginya standar upah minium regional (UMR).

Secara garis besar, walaupun penyerapan lahan kawasan industri sepanjang 2015 diprediksi membaik, jumlahnya tidak akan melebihi periode 2011 – 2012.
Saat itu, satu investor bisa menyerap lahan hingga 60 hekatare. Namun, lambat laun permintaan mulai menurun.

Kondisi ini terjadi akibat pesatnya pengembangan perusahaan otomotif pada 2011 – 2012. Selang beberapa tahun, mereka kemudian hanya membangun industri penunjang sektor otomotif tersebut, seperti suku cadang. Selengkapnya: http://www.properti.net/artikel-meski-ekonomi-melambat-penjualan-lahan-kawasan-industri-naik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar